Cathleen Kekasih Lesbian Ku (Part 3)
Hari ini adalah hari yang tidak akan aku lupakan seumur hidupku. Hari ini adalah hari sabtu, karena pada saat itu aku masih kelas 3 SMP dan sebentar lagi akan ujian, maka setiap hari sabtu diwajibkan masuk untuk mengikuti pendalaman materi. Seperti biasa, aku berangkat bersama cathleen, karena memang setiap hari aku tidur dirumahnya. Bukan karena aku tidak punya rumah, namun rumah kami berdua selalu sepi karena orang tua kami yang jarang pulang. Sebelum berangkat ke sekolah, kami mempunyai ritual yaitu saling memuaskan satu sama lain. Aku dan cathleen selalu tidur satu ranjang dan tidak pernah mengenakan pakaian, jadi kami bisa bebas menggerayangi satu sama lain. Hari ini aku dan cathleen akan memakai baju yang sama, yaitu sebuah rok kira-kira 5cm diatas lutut, dengan atasan tanktop dibalut blazer. Tentunya dengan pakaian dalam yang sama seperti sebelumnya. Sesampai nya di sekolah, waktu masih menunjukan pukul 6.15 pagi. Sedangkan PM baru akan dimulai pukul 8.00 pagi. Kelas masih kosong dan lampu belum dinyalakan. Kami memang murid yang paling rajin dikelas ini. Sebenarnya ada satu murid perempuan lagi yang rajin, nama nya Rista. Kami tidak terlalu mengenal dia, dia orangnya sangat pendiam dan jarang bersosialisasi jika tidak terlalu penting, namun menurutku Rista sangat cantik, wajahnya chinesse namun dengan mata yang besar, ini daya tarik yang rista punya, untuk payudara cukup besar dan kulitnya putih halus. Aku langsung menatap cathleen dan sepertinya ia mengerti apa yang aku maksud. Kita langsung menuju ke bangku belakang dan mulai berhubungan. Karena sekolah yang masih sangat sepi, jadi kami berani untuk melakukannya di kelas, kami sudah merencanakan hal ini sebelumnya dan sengaja memakai rok pendek. Saat ini yang aku lihat cathleen sedang sibuk memeriksa tas nya, dan aku sangat terkejut saat dia mengeluarkan sebuah dildo yang berukuran kecil.
"Ini punya kamu cath?"
"Iyanih, kemarin aku iseng aja beli di internet"
"Kita sekarang mau pake ini? Aku belum berani karena masih perawan."
"Kalau itu aku juga tau ren, kita bisa memakai ini tanpa harus merusak keperawanan kita"
"Gimana cara..... ahhhh shhhh"
Belum selesai aku ngomong, tiba-tiba cathleen langsung menempelkan dildo mini itu di klitorisku, ternyata dildo mini itu bisa bergetar jika disambungkan dengan listrik atau power bank. Bibirku terus bercumbu dengan cathleen, tangan kanan cathleen masih sibuk menggerayangi klitorisku dengan dildo nya, dan tangan kiri nya memilin kedua putingku secara bergantian. Secara tidak sadar aku mendesah cukup keras, saat aku ingin mencapai orgasme, seluruh badan ku mengejang, pinggul ku bergerak tak beraturan mengimbangi gerakan jari cathleen di vaginaku, hingga kami dikagetkan dengan kehadiran Rista dihadapan kami, dengan wajahnya yang dingin, dan di tangan nya memegang sebuah handphone, dan aku yakin Rista sedari tadi sudah merekam semua aksi kami. Cathleen yang kaget dan panik secara reflek mendorong dildo itu kedalam vagina ku. Sontak aku langsung berteriak dan menangis menahan rasa sakit di vaginaku, karena dildo itu terus bergetar, tidak butuh waktu lama aku mencapai orgasme ku. Aku masih menangis menahan rasa sakit di vaginaku sampai cathleen mencabut dildo itu dari vaginaku. Cathleen langsung memeluk ku dan berulang-ulang mengucapkan kata maaf. Saat aku lihat vaginaku, terlihat darah menetes dari sana. Sebelum meninggalkan kami yang masih menangis dan berpelukan, Rista mengucapkan kata-kata yang membuat kami takut.
"Jika kalian mau video ini nggak disebarluaskan, nanti sepulang PM temui aku di gudang belakang." Lalu rista meninggalkan kami yang masih syok atas kejadian tadi. Setelah kejadian itu, sepanjang PM aku dan cathleen hanya diam, tidak seperti biasanya sepanjang PM, cathleen menyenderkan kepala nya di pundak ku, aku yakin dia merasa tidak enak atas kejadian tadi. Dan vaginaku sekarang masih terasa perih.
Sepulang dari PM, kami menemui Rista di gudang belakang sekolah, karena kami takut aksi kami tadi diketahui oleh teman-teman maupun guru di sekolah kami.
Setelah sampai di gudang dengan perasaan takut, kami mulai bernegosiasi dengan Rista.
"Rista, aku mohon sama kamu, jangan sebar video aku sama Renata tadi. Sebagai ganti nya, aku dan Renata siap melakukan apapun"
"Mmmm.. tawaran yang menarik, selama ini aku baru tau kalau kalian adalah seorang lesbian dan menyukai fetish"
Mendengar perkataan Rista tadi, kami menjadi bingung, bagaimana dia tau kalo kami menyukai fetish.
"Kalian nggak usah bingung begitu, aku tau apa yang kalian perbuat di gudang ini jumat kemarin, dan aku juga sudah berhasil merekamnya."
Mendengar perkataan itu, aku langsung lemas, perasaanku bercampur aduk, dan aku yakin Cathleen mengalami hal yang sama denganku. Wajah nya terlihat pucat dan keringat yang terus menetes di pipi dan dahi nya.
"Jangan kalian pikir, aku yang pendiam ini tidak tahu tentang seks dan kelainan seks, aku juga menyukai fetish, dan aku bisa menjadi master untuk orang-orang ceroboh seperti kalian. Jika kalian ingin video ini nggak aku sebar, kalian harus menjadi budak ku dan menuruti semua yang aku katakan. Mengerti?"
Tanpa berfikir panjang, aku dan Cathleen langsung menyetujui nya karena kami takut jika video itu benar-benar disebar.
"Oke karena sekarang kalian adalah budak, dan aku majikannya, sekarang buka semua baju yang menempel di badan kalian!"
Rista mulai membentak dan menjambak rambut kami berdua, dengan cepat kami melepaskan semua baju kami hingga telanjang bulat, Rista menyeret cathleen dengan cara menjambak rambutnya mendekati sebuah meja, dan rista menyuruhku mengikat cathleen dengan tali ke masing-masing kaki meja. badan cathleen yang penuh dengan keringat nampak mengkilat terkena sinar matahari, bulu ketiak rista terpampang jelas dihadapanku dengan aroma nya yang khas.
"Cantik-cantik kok pada jorok, coba liat ini celana dalam sudah berapa lama nggak kalian ganti" rista mengambil celana dalamku dan cathleen, memang terlihat sangat kotor, karena warna awalnya adalah putih, dan sekarang telah berubah menjadi kuning karena air seni atau keringat, Rista menutup hidung, dan langsung memasukan celana dalam ku ke mulut Cathleen. selesai dengan cathleen, Rista mengikatku dengan posisi Hogtied. Rista mulai mengerjai cathleen, dengan telaten Rista menjilati semua bagian tubuh Cathleen tanpa sisa, Rista memilin lembut puting cathleen hingga cathleen tampak menggeliat. Rista lalu mengambil dildo dari tas cathleen yang tadi kami pakai di kelas.
"Liat ini!, kamu udah merenggut keperawanan kekasihmu dengan ini! Kamu juga harus merasakan apa yang dia rasakan!". Terlihat cathleen sangat pasrah dan air mata mulai mengalir di pipi nya.
"Jangaaan rista... aku mohon!!" Teriakan ku tidak dihiraukan oleh Rista. Aku langsung menutup mataku karena tidak kuat melihatnya.
Tiba-tiba aku mendengar rista menjerit dan suara tangisan rista yang begitu keras. Benar saja, saat aku membuka mata, aku melihat dildo itu sudah ada di dalam vagina Cathleen.
Melihat kejadian itu, aku langsung menangis, karena yang aku tau, Cathleen adalah tipe wanita yang tidak kuat menahan rasa sakit. Aku menyaksikan sendiri bagaimana kejam nya rista memperlakukan cathleen, Rista mengocok dildo itu dengan sangat kasar, hingga aku lihat, cathleen hanya terdiam sambil meneteskan air mata, tidak puas dengan itu, rista mencambuki payudara cathleen dengan penggaris hingga payudara cathleen tampak lecet dan memerah, aku sudah tidak kuat mendengar tangisan cathleen, aku mencoba mendekati rista dan memohon agar menghentikannya, namun rista langsung menendang dadaku dan aku langsung merasakan sesak nafas, hanya suara teriakan cathleen yang memanggil nama ku yang terakhir kali aku dengar sebelum aku pingsan.
Saat aku sadar, aku melihat cathleen masih di tempat yang sama namun ikatan nya sudah terlepas, aku langsung berusaha bangkit dan mengecek keadaan cathleen. Aku langsung menangis melihat keadannya, payudara nya penuh luka memar dar beberapa bagian mengeluarkan darah, daerah sekitar vagina nya dipenuhi oleh darah dan cairan orgasme cathleen, dan dengan sangat hati-hati, aku mencabut dildo yang digunakan rista tadi dari vagina cathleen, saat aku cabut, badan cathleen langsung mengejang dan keluarlah cairan orgasme cathleen yang sudah bercampur dengan darah. Aku mencoba membangunkan cathleen, cathleen mulai membuka mata nya yang sayu.
"Renata.. anterin aku pulang ya"
Sambil nangis aku meng iyakan permintaan cathleen, karena tanpa diminta pun aku sudah pasti akan melakukannya, aku mulai memakai baju ku dan memakaikan baju cathleen, namun semua pakaian dalam kami sudah digunting oleh rista dan tidak bisa dipakai, dengan sekuat tenaga yang tersisa, aku menggendong rista keluar dari gudang, hari sudah sore, sekolah sudah mulai sepi, hanya ada 2 orang satpam yang berjaga di pos depan sekolah.
"Aduh itu temennya kenapa, kok pucet banget muka nya?"
"Ini temen saya lagi sakit pak, tadi kami habis dari UKS"
"Oh yaudah kalo gitu, biar pulang saya anterin aja ya, lagian jam segini udah nggak ada kendaraan umum"
"Aduh maaf pak jadi ngerepotin gini saya."
Aku tidak tahu bagaimana nasib kami jika kami tidak bertemu satpam sekolah sore itu, karena badan kami berdua sudah lemas, dan cathleen yang belum sadarkan diri.
Sesampainya dirumah, aku langsung mengambil uang 50rb dan memberikannya pada Satpam tadi, awalnya dia menolak, namun aku harus memaksa nya dan akhirnya dia menerima. Aku langsung menggendong cathleen dan membaringkannya diatas kasur, aku membuka semua pakaian cathleen, dan aku kembali menangis melihat kondisinya, aku ambil kotak p3k dan air hangat untuk mengompres nya.
"Aku benar-benar tidak menyangka rista bisa berbuat sekejam ini" pikirku
Aku mulai melap seluruh tubuh cathleen dari debu dan darah yang sudah mengering, aku mulai mengobati luka-luka nya, dan tidak lama dia sadar dan menjerit kesakitan.
"Awww..."
"Aku sudah buatkan teh, itu diminum dulu cath"
Aku membantu membangunkan cathleen dan menyenderkan nya diatas kasur, mata cathleen masih sayup dan wajahnya masih nampak pucat. Setelah selesai mengobati luka nya, aku memakaikan dia baju tidur dan izin keluar sebentar untuk membeli bubur. Namun saat akan mengambil dompet di tas ku, aku menemukan sebuah surat dari Rista yang berisi...
(Bersambung)
I'm Sonja McDonell, 23, Swiss Airlines Stewardess with current 13 oversea towns, very tender with lots of fantasies in my wonderful job. All girls I had met in Jakarta in the Travel hotel restaurant bar & in Medan the Antares hotel near the Juki center were too shy to speak about lesbian sex. I think, I discussed with the wrong girls.
BalasHapusSonjamcdonell@yahoo.com